Wednesday, March 4, 2015

Temper Tantrum

Apakah si kecil sering mengamuk? marah-marah di tempat umum? melempar barang?berteriak ditempat umum?
Pernah dengar istilah temper tantrum? Mungkin inilah kondisi yang sedang Anda alami. Apa sebenarnya definisi temper tantrum? Menurut kamus,  tantrum adalah luapan kekesalan atau kemarahan. Sebenarnya tantrum merupakan bagian dari pertumbuhan emosional balita dan hal ini wajar terjadi.
Bentuk temper tantrum sendiri beraneka ragam, mulai dari sekedar merengek, menangis sampai berteriak, menendang sampai menahan nafas. Biasanya sering terjadi pada anak usia 1 – 3 tahun. Insidennya sama antara anak perempuan dan laki-laki. Yang membedakan hanya intensitasnya. Ada yang mengalami tantrum secara regular, namun ada pula di saat-saat tertentu saja. 
Temper tantrum sendiri sebenarnya bisa terjadi pada anak-anak maapun orang dewasa. Yang membedakannya dengan orang dewasa, hanya pada anak-anak, mereka belum memiliki kemampuan untuk mengontrol tantrum itu sendiri. Misalkan, anda baru saja membeli sebuah computer baru yang paling canggih dan mahal. Namun ternyata anda tidak dapat mengoperasikannya, karena anda belum paham bagaimana cara mengoperasikannya, walaupun anda sudah membaca buku manualnya. Hal itu bisa membuat anda frustasi. Terkadang anda mengumpat, membanting pintu, atau pergi begitu saja. Itu adalah versi tantrum yang terjadi pada orang dewasa. Balita pun memiliki keinginan untuk menguasai dunianya, dan jika mereka tidak dapat mewujudkan impian mereka, biasanya mereka akan melampiaskannya dengan memanfaat barang yang ada disekitar mereka untuk meluapkan emosi mereka.  Beberapa hal yang menyebabkan temper tantrum pada anak adalah mereka ingin mencari perhatian orang tua atau orang disekeliling mereka, kondisi lapar atau tidak nyaman, atau bahkan disaat mereka menginginkan sesuatu. Mengapa tantrum paling sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun? Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada usia 1-3 tahun anak mulai belajar tentang bahasa. Anak usia 1-3 tahun biasanya lebih mudah memahami daripada mengekpresikan sesuatu. Bayangkan jika kita menginginkan sesuatu, namun kita tidak mampu mengekpresikannya. Ini bisa menimbulkan frustasi pada anak, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya tantrum. Seiring dengan kemampuan mengenali dan mengucapkan kalimat, maka kondisi tantrum biasanya akan menurun. Oleh karena mereka sudah bisa mengekspresikan keinginan mereka.
Lalu bagaimana sebaiknya sebagai orang tua kita menyikapi tantrum yang terjadi pada anak kita?  
1.      Kenali terlebih dahulu penyebab tantrum
Penyebab tantrum memang beraneka ragam. Mulai dari tidak terpenuhinya keinginan anak, rasa lapar, lelah, sakit dan lain-lain. Sebagai orang tua, kita harus bisa jeli membaca keadaan. Jika memang berencana pergi keluar bersama anak, pastikan kondisinya dalam keadaan sehat , tidak mengantuk dan nyaman.
2.      Buat kesepakatan sebelum pergi
Misalnya kita akan mengajak anak berbelanja, maka sebelumnya buatlah kesepakatn dengan anak anda agar jika anak anda menginginkan sesuatu namun tidak bisa dipenuhi oleh orang tua, maka si anak tidak boleh memaksakan kemauannya. Jika perlu, buatlah semacam reward and punishment kepada anak. Namun yang harus digaris bawahi, reward and punishment harus memiliki sifat yang mendidik( bukan memanjakan).  Dan satu hal yang penting adalah konsistensi kita dalam menjalankan reward and punishment.
 3.      Tenangkan diri anda baru tenangkan anak

Yang sering terjadi ketika anak mengalami tantrum di tempat umum, orang tua akan berusaha untuk menenangkan anaknya terlebih dahulu. Padahal disaat terjadi tantrum pada anak, biasanya orang tua juga menjadi lebih emosional. Jika dalam kondisi emosional, orang tua berusaha menenangkan anak, justru dapat membuat keadaan lebih emosional. Oleh sebab itu, jika anak tantrum di tempat umum, ada baiknya orang tua berusaha untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu, baru kemudian menenangkan anaknya. Salah satu cara yang baik adalah dengan membawa anak ke tempat yang lebih sepi, agar komunikasi dua arah bisa dilakukan.  
4.      Disiplin dan konsisten
Jika dengan cara-cara diatas tidak dapat mengendalikan tantrum si anak. Maka sebagai orang tua anda tidak boleh ‘melunak’ dengan segera mengabulkan permintaan anak. Jika anda melakukannya, berarti si anak telah berhasil memanipulasi anda untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dan janga kaget jika si anak mengulangi tantrumnya kembali agar keinginannya terpenuhi. Dampingi saja si anak, hingga tangis dan teriakannya reda dengan sendirinya. Karena lama-kelamaan ia juga akan lelah dan bosan karena aksinya tak ditanggapi.

No comments:

Post a Comment