Friday, March 27, 2015

Curretage and My Story


Hai.....Di blog saya sebelumnya saya sudah sempat berbagi cerita mengenai blighted ovum. Hari ini saya akan mencoba untuk mengulas sedikit informasi tentang kuret. Mengapa saya tertarik mengulas tentang kuret? karena saya pernah mempunyai pengalaman tentang kuret, dan semoga tulisan ini bisa menambah wawasan bagi kita semua. Cerita ini bermula disaat saya didiagnosa blighted ovum dengan tanda-tanda keguguran, sehingga akhirnya dokter menyarankan untuk di kuret. Jujur saja, waktu tahu akan dikuret saya takut, khawatir, cemas, sedih, pokoknya semua perasaan pada waktu itu campur aduk deh......Di hari H, saya sudah mempersiapkan diri lahir maupun batin. Sebelumnya saya disarankan untuk puasa makan dan minum minimal 8 jam. Setelah tiba di rumah sakit, saya disuruh untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang sudah disediakan oleh rumah sakit. Kemudian serangkaian tes dilakukan untuk mengetahui kondisi saya secara umum. Mulai dari tes lab darah lengkap, tes alergi, tes urin dan tes pembekuan darah. Setelah itu, dilanjutkan dengan tes EKG (karena berhubung saya sudah berumur 35 th sehingga disarankan untuk memeriksakan fungsi kerja jantung). Alhamdulillah semua hasil dalam batas normal, sehingga proses kuret bisa dilanjutkan. Menunggu kehadiran dokter OBGYN dan ANESTESI merupakan hal yang membuat saya lebih cemas. Pengennya cepat dikuret, cepat selesai dan cepat pulang. Namun saya bersyukur, karena waktu menunggu itu, banyak teman, sahabat dan keluarga yang datang menjenguk, dan dukungan ini lah yang membuat saya lebih tegar dan ikhlas menerima cobaan ini. Tak terasa akhirnya perawat membawa saya ke ruang operasi. Disana sudah menunggu dokter anestesi dan perawat anestesi. Untungnya di rumah sakit ini semua pegawainya ramah-ramah, sehingga membuat saya lebih merasa nyaman. Akhirnya dokter OBGYN saya datang, dan serangkaian prosedurpun dilakukan. Terakhir yang saya ingat hanya perkataan dari dokter anestesinya :"sekarang tarik nafas panjang, coba memejamkan mata anda dan bayangkan hal-hal indah di dalam hidup anda". Sesaat setelah obat bius dimasukkan, saya sudah tidak merasakan apapun, sampai akhirnya saya dibawa kembali ke ruang observasi (kebetulan saya di anastesi general). Kata suami dan anak saya yang nungguin saya pada saat itu, kaki saya dan tangan saya seperti orang yang habis keluar dari lemari es....dingiiiiiiiiin banget. Sampai akhirnya saya dipasangin kaos kaki oleh keluarga saya. Hal pertama yang saya ingat post kuret adalah nyeri hebat di perut bagian bawah saya, namun pada saat itu saya belum sepenuhnya sadar. Suami saya hanya bercerita kalau saya mengerang seperti orang yang kesakitan. Setelah saya bisa membuka mata, senang sekali karena melihat keluarga saya masih dengan setia menunggu saya. Perlahan-lahan saya mulai bisa berbicara, dan minum. Karena saya merasa sudah baikan saya mencoba merubah posisi saya dari berbaring ke posisi setengah duduk. Tapi mungkin karena semangat, posisi yang harusnya setengah duduk jadi malah posisi duduk tegak. Alhasil pusing dan mual mulai menghampiri saya. Sampai akhirnya saya muntah banyak sekali. Tapi setelah kejadian muntah ini, saya merasa jauh lebih enak. Saya pun sudah bisa makan dan minum. Sebenarnya mungkin waktu itu saya sudah diperbolehkan untuk pulang. Tapi karena ini adalah pengalaman kuret saya yang pertama kali (semoga yang terakhir juga ya hehe....), ada perasaan khawatir kalau nanti sampai dirumah terjadi sesuatu. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk tetap di rumah sakit sampai esok hari( keluarga saya pun menyarankan hal yang sama). Selama disana, saya masih merasakan nyeri di bagian perut bawah, namun tidak seberapa. Saya juga bisa tidur dengan tenang selama di rumah sakit. Sampai akhirnya subuh sekitar jam 4, perawat datang untuk mengambil tampon yang ada di dalam jalan lahir saya. Proses pengambilan tidak menyakitkan, cukup menarik nafas panjang dan rileks, tampon sudah terambil. Begitu pula dengan jarum infus yang masih menempel di tangan saya, sudah waktunya untuk dilepas. Jam 5 saya dan suami memutuskan untuk pulang kerumah, sebelum pulang perawat memberikan surat kontrol dan juga 2 jenis obat yaitu antibiotika dan  pereda nyeri. Sampai di rumah, saya langsung tiduran, karena dokter juga berpesan sebaiknya hindari aktifitas berat dulu kurang lebih selama 1 minggu. Selama itu pula, yang saya rasakan adalah nyeri di bagian bawah perut saya, seperti dismenore (nyeri menjelang haid) tapi lebih hebat. Untung ada obat pereda nyeri, sehingga agak terbantukan. Selama di rumah, perdarahan yang terjadi sangat sedikit sekali, bisa dibilang hanya berupa bercak-bercak kecoklatan. Satu minggupun berlalu, saatnya untuk kontrol ke dokter lagi dengan membawa hasil lab patologi(hasil lab jaringan kuret). Alhamdulillah saya mendapat 3 kabar baik sekaligus. Pertama setelah di lihat di USG, hasil kuret saya bagus dan bersih, yang kedua hasil lab patologis dari jaringan sisa kuret menunjukkan hasil yang normal semua, tidak ada tanda-tanda keganasan, dan yang ketiga saya bisa langsung program hamil kembali tanpa harus menunggu beberapa bulan kemudian, dikarenakan tidak ada tanda-tanda infeksi paska kuret. Setelah pulang dari rumah sakit, saya mengalami nyeri perut yang hebat, melebihi nyeri pada saat post kuret hari pertama. Dan yang lebih membuat saya kaget, setelah saya cek ternyata pantyliner yang saya pakai sudah penuh dengan darah. Saya mulai khawatir, karena sebelumnya saya tidak mengalami perdarahan seperti ini, tapi kenapa setelah 1 minggu terjadi perdarahan. Saya curiganya karena pada waktu USG perut saya ditekan-tekan dengan alat USGnya, mungkin karena penekanan perut bagian bawah ini yang menyebabkan terjadinya perdarahan. Saya pun langsung berkonsultasi dengan dokter saya, dan beliau mengatakan itu wajar terjadi dan merupakan pertanda yang bagus. Karena artinya rahim saya sudah kembali normal. Dengan ditandai berawalnya periode menstruasi saya. Saya pun mulai tenang mendengar penjelasan dari dokter saya. Sekarang sudah hampir 1 minggu berjalan paska perdarahan terjadi, seharusnya 14 hari kedepan saya sudah melalui masa subur. Tapi setelah saya dan suami berpikir lagi, mungkin ada baiknya kami menunggu satu bulan lagi, untuk memastikan menstruasi saya sesuai periode atau tidak. Jika semua sudah kembali normal, InsyaAllah kami baru akan merencanakan untuk menambah momongan kembali......... Untuk semua kaum perempuan yang pernah mengalami  hal yang sama dengan saya, tetap semangat, think positive, jangan berkecil hati, tetap berusaha dan berdoa....... Yakinlah bahwa disetiap cobaan yang diberikan, akan ada hal yang lebih indah menanti kita.......(Ucapan Terima Kasih kuberikan kepada Suami dan Anakku Tercinta, Kakak dan Sepupuku, serta Keluarga dan Sahabat yang telah  setia mendampingiku melalui hari-hari terberatku.....Love you all).


KURET

Apa sebenarnya kuret itu?

Kuret berasal dari kata curettage yang menurut kamus memiliki arti pembuangan jaringan dari dalam rongga tubuh, seperti uterus. Dalam dunia medis tindakan kuret dikenal dengan istilah D&C(Dilation and Curretage). Prosedur kuret meliputi pelebaran dari leher rahim sehingga jaringan yang ada di dalam tubuh seperti pada uterus bisa dikeluarkan melalui teknik dikikis atau disedot. Tindakan kuret merupakan tindakan medis yang relative aman yang dilakukan untuk kasus-kasus tertentu. Kuret merupakan tindakan bedah minor yang dilakukan di rumah sakit atau di klinik.

Kapan saja bisa dilakukan kuret?

Kuret biasanya dilakukan untuk kasus-kasus tertentu seperti :
1.      Perdarahan abnormal
Seperti spotting atau perdarahan diantara siklus menstruasi, menstruasi yang panjang, perdarahan pada saat menstruasi yang berlebihan atau perdarahaan saat menopause. Dengan tindakan kuret dapat memastikan penyebab dari ketidaknormalan perdarahan tersebut. Karena dengan bantuan ahli patologi bisa membaca hasil dari jaringan pasca kuret. Penyebab dari perdarahan abnormal bisa macam-macam, diantaranya : polip atau tumor di daerah rahim, atau bahkan kanker rahim
2.      Terapi
Tindakan kuret biasanya dilakukan jika diagnose sudah dapat dipastikan. Salah satu contoh pada kasus keguguran atau bahkan persalinan dengan sisa jaringan yang masih tertinggal. Karena pada kasus sisa jaringan tertinggal di dalam rahim bisa mengakibatkan perdarahan hebat bahkan bisa mengancam nyawa jika dibiarkan saja.

Kapan kuret tidak boleh dilakukan?

1.    Radang panggul : jika terdapat radang pada organ reproduktif, maka tindakan kuret sebaiknya tidak dilakukan. Karena bisa menyebabkan kuman atau bakteri yang ada rongga vagina ikut masuk ke dalam rongga rahim melalui alat kuret dan menyebabkan infeksi yang lebih luas. Bahkan jika kuret tetap dilakukan pada kasus ini, bisa menimbulkan kerusakan jaringan yang lebih parah. Biasanya dokter akan menunggu sampai proses infeksi mereda, misalnya dengan pemberian antibiotika baru melakukan tindakan kuret.
2.   Kelainan pembekuan darah : sebelum tindakan kuret biasanya dilakukan  pemeriksaan laboratorium waktu pembekuan darah, untuk mengetahui apakah kecepatan pembekuan darah normal atau tidak. Pada kasus dimana terdapat kelainan pembekuan darah, biasanya dokter tidak akan melakukan tindakan kuret, karena dikhawatirkan terjadi komplikasi perdarahan hebat.
3.  Problem kesehatan serius : seperti jantung dan penyakit paru. Oleh karena tindakan kuret membutuhkan anestesi baik itu general atau local, dan pemberian anestesi ini bisa berdampak buruk pada penderita jantung maupun paru-paru.

Persiapan apa saja yang perlu dilakukan sebelum kuret?

Tergantung pada jenis anastesi apa yang digunakan, Namun pada umumnya hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum tindakan kuret adalah :
·      Hindari pemakaian obat yang tidak diperlukan : seperti aspirin, yang bisa meningkatkan resiko perdarahan, begitu pula dengan obat-obat untuk flu dan pencahar. Hindari alcohol dan rokok. Hindari pula penggunaan obat-obatan herbal minimal 2 minggu sebelum kuret. Konsultasikan dengan dokter anda tentang obat-obat apa saja yang perlu dihindari sebelum tindakan kuret.
·    Penyakit kronik : seperti penderita hipertensi yang tidak terkontrol. Maka dokter akan menyarankan untuk pengobatan hipertensinya terlebih dahulu, sampai tekanan darah tingginya terkontrol. Kondisi ini penting untuk menghindari terjadinya komplikasi paska kuret
·    Makan dan minum : dokter akan menginstruksikan kita untuk puasa makan dan minum selama 12 jam sebelum kuret dengan anastesi general, dan puasa selama 8 jam untuk tindakan kuret dengan anastesi local.
·       Tes lab : pemeriksaan lab akan dilakukan untuk mengetahui kondisi tubuh secara umum. Bisa dilakukan 1 hari sebelum kuret atau pada hari yang sama dengan rencana tindakan kuret. Pemeriksaan lab yang dilakukan antara lain : darah lengkap, waktu pembekuan darah, tes alergi dan tes urin

Komplikasi apa saja yang bisa terjadi post kuret?

Komplikasi yang mungkin terjadi paska kuret antara lain:
·        Perdarahan : perdarahan hebat jarang terjadi, kecuali alat kuret menembus dinding dari rahim. Kondisi ini juga bisa terjadi jika ada jaringan ikat yang terpotong pada proses kuret
·        Infeksi : Selalu ada kemungkinan untuk terjadi infeksi jika alat kuret dimasukkan di dalam rahim. Namun ini semua dapat diatasi dengan pemberian antibiotic.
·       Perforasi uterus : komplikasi ini, meskipun jarang terjadi, tapi bisa terjadi pada kasus dimana kuret dilakukan pada pasien yang saat itu masih mengalami infeksi, atau pada pasien postmenopause. Jika kasus perforasi ini sampai terjadi, maka dokter akan menyarankan kita untuk tetap tinggal di rumah sakit untuk diobservasi atau operasi lanjutan.
·        Asherman syndrome: Komplikasi ini jarang terjadi. Komplikasi ini berupa timbulnya jaringan sikatrik atau jaringan parut pada dinding maupun leher rahim, yang biasanya disebabkan oleh proses pengikisan yang dilakukan terlalu agresif. Jaringan parut ini bisa terus tumbuh sampai menutupi rahim. Inilah yang bisa menimbulkan ketidaksuburan pada seorang wanita dan berhentinya periode menstruasi.
·        Penyakit lain: Dikarenakan tindakan kuret ini tidak mampu menghilangkan sisa jaringan endometrium 100%, maka ada saja kemungkinan munculnya penyakit-penyakit yang tidak terdeteksi. Inilah sebabnya mengapa prosedur ini jarang dilakukan tanpa histeroskopi (pemeriksaan dinding rahim dengan menggunakan instrumen yang memungkinkan visualisasi langsung)

Bagaimana prosedur penatalaksanaan untuk kuret?

  1. 1.      Anesthesia
·       Local anesthesia: Jika pasien memilih anestesi lokal, dia akan berbaring telentang dalam posisi litotomi. Dokter akan memasukkan alat yang disebut spekulum ke dalam vagina untuk membuka vagina. Dokter atau asisten akan membersihkan area sekitar vagina dengan cairan desinfektan/antiseptik. Dokter kemudian akan menjepit leher rahim dengan penjepit dan menyuntikkan anestesi lokal ke dalam leher rahim di kedua sisi. Ini disebut blok paraservikal dan mengurangi rasa sakit dari dilatasi serviks. Anastesi jenis ini tidak sampai menyebabkan mati rasa pada bagian-bagian tubuh yang  lain seperti kaki dan tangan.
·      Spinal anesthesia: Jarum akan dimasukkan di punggung bawah, pada posisi pasien duduk. Kemudian cairan anastesi dimasukkan secara injeksi ke cairan spinal melalui jarum yang sudah terpasang. Anastesi jenis ini menyebabkan mati rasa pada daerah di bawah pusat sampai kaki. Anastesi ini biasanya bertahan selama 1-3 jam.
·      General anesthesia: Dengan anastesi general atau umum, pasien tidak akan merasakan apapun sampai tindakan kuret selesai. Pasien akan berbaring di atas meja dengan dokter  anestesi atau perawat anestesi yang mendampingi. Pasien diberi suntikan anastesi secara intravena, segera setelah injeksi tersebut pasien akan kehilangan kesadaran sepenuhnya, dan selama proses kuret berlangsung pernafasan pasien dipantau dengan alat/monitor. 
  1. 2.       Dilatasi (langkah pertama):
  • Setelah  alat penjepit terpasang di kedua leher rahim, dokter akan memasukkan alat besi tipis dan fleksibel untuk menentukan kedalaman dan sudut rahim. Hal ini dilakukan untuk memastikan dokter sampai sebatas mana alat kuret boleh dimasukkan. Metode yang biasa dilakukan untuk dilatasi adalah dengan menyisipkan batang logam yang tipis dan halus di sepanjang jalan lahir dan rahim, sampai leher rahim terbuka sedikit. Logam yang pertama, kemudian ditarik dan diganti dengan batang logam yang berukuran lebih besar. Proses ini diulang sampai leher rahim telah diperluas menjadi sekitar lebar jari. Metode ini memakan waktu sekitar 10 menit. Jika pasien berada di bawah anestesi lokal, ia mungkin mengalami ketidaknyamanan seperti kram yang  disebabkan oleh peregangan otot-otot rahim. Metode lain yang digunakan untuk proses dilatasi adalah dengan menggunakan laminaria (potongan rokok berbentuk dari rumput laut kering khusus) ke dalam leher rahim 8-20 jam sebelum prosedur. Laminaria menyerap air dari jaringan dan membengkak, perlahan meregangkan dan melebarkan saluran leher rahim. Hal ini kurang traumatis daripada menggunakan dilator logam.
    1. 3.  Histeroskopi dan Kuretase (langkah kedua):  
  • Setelah proses dilatasi, dokter akan membuka jalan lahir dengan alat speculum lagi. Setelah itu dokter akan memasukkan alat (semacam sendok kecil) kedalam rahim untuk mengambil jaringan di dalamnya. Sembari itu dokter akan memasukkan alat histeroskopi ke dalam rahim, agar dokter bisa melihat langsung kondisi di dalam rahim, apakah terdapat polip, fibroid atau pertumbuhan abnormal dari uterus. Kemudian melalui alat histeroskopi ini, alat kuret dimasukkan ke dalam uterus. Dengan lembut, dokter akan mulai mengeruk atau mengikis atau menyedot  sisa jaringan yang ada di dalam rahim. Sisa jaringan ini kemudian di bawa ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Setelah proses kuret ini selesai, maka semua alat akan diambil. Jika pasien menggunakan local anastesi, biasanya akan merasakan sensasi seperti tertarik dibagian perut. Dan ini terkadang bisa menimbulkan rasa sangat nyeri. Jika demikian, pasien berhak untuk memberitahukan dokter tentang rasa nyeri yang dialaminya, dan jika diperlukan dokter akan memberikan obat penghilang nyeri. Proses kuret secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 20-30 menit. Setelah itu pasien biasanya akan merasakan nyeri atau kram di bagian perut selama kurang lebih 30 menit.  Namun ada pula beberapa perempuan yang mengalami nyeri lebih panjang.
Apa yang terjadi setelah kuret selesai?

  • Masa penyembuhan biasanya tidak terlalu lama paska kuret. Kram atau nyeri di perut mirip seperti kram pada waktu menstruasi(dismenore) adalah keluhan yang paling banyak dirasakan setelah proses kuret. Meskipun banyak perempuan yang mengalami nyeri kurang dari beberapa jam saja, namun ada pula beberapa perempuan yang merasakan nyeri atau kram ini sampai beberapa hari.
  • Pasien juga akan mengalami perdarahan yang ringan setelah proses kuret selama beberapa hari.
  • Pasien akan segera dipindahkan ke ruangan observasi sesaat setelah proses kuret selesai dilakukan. Kebanyakan rumah sakit dan klinik akan memantau pasiennya selama 1 jam atau sampai pasien sudah sepenuhnya sadar. Setelah pasien tdk merasakan keluhan apa-apa dan sudah bisa berjalan maka pasien diperbolehkan untuk pulang. 
  • Sangat dianjurkan untuk pasien post kuret, tidak mengendarai kendaraannya sendiri paling tidak setelah 24 jam post kuret. Meskipun pasien menggunakan local anastesi. Oleh karena efek samping dari obat bius yang digunakan bisa menimbulkan efek gangguan koordinasi dan keseimbangan. 
  •  Obat yang biasanya diresepi oleh dokter untuk dibawa pulang oleh pasien adalah antibiotika dan penghilang nyeri. 
  •  Biasanya dokter akan menyarankan untuk kembali control paska kuret setelah 1 minggu. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi hasil dari kuret yang telah dilakukan. 
  • Yang harus digarisbawahi adalah setelah beberapa hari post kuret, pasien harus mengalami menstruasi kembali. Karena dengan menstruasi ini dapat menandakan bahwa rahim sudah kembali normal. Jika selama 1 bulan post kuret anda tidak mengalami menstruasi, segera konsultasikan dengan dokter anda.

Sumber pustaka :
http://www.emedicinehealth.com/dilation_and_curettage_dandc/article_em.htm

No comments:

Post a Comment